Kamis, 11 Juni 2015

KAA Masih Terasa

Seorang pengunjung mengamati salah satu foto di pameran foto jurnalistik di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan, Bandung, Selasa (9/6). Pameran foto yang digelar pada 7-14 Juni itu bertujuan mengenang dan menanamkan semangat KAA pada masyarakat. Foto: Dede Lukman Hakim

Perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 19 hingga 24 April 2015 masih kental terasa bila memasuki Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan, Bandung. Betapa tidak, 70 foto hajatan KAA ke-60 Tahun itu bertengger di tembok dan mendominasi setiap sudut ruang utama gedung tersebut. Adalah pameran foto jurnalistik yang digelar oleh Wartawan Foto Bandung dan Pewarta Foto Indonesia sejak 7 hingga 14 Juni 2015.

Foto hasil jepretan wartawan itu memamerkan persiapan hingga pelaksanaan KAA. Pemolesan Gedung Merdeka dan perbaikan infrastruktur hingga kepadatan di ruas Jalan Asia Afrika, semua ditunjukkan melalui foto di pameran tersebut. Foto-foto yang diambil dengan berbagai teknik dan angel membuat beberapa pengunjung tertarik mempelajarinya. Namun tak sedikit pula pengunjung yang sekadar cuci mata.

Selain wartawan, foto hasil dari kalangan umum pun ikut dipamerkan, Redy Alamsyah salah satunya. "Saya ngirim lima, cuma satu foto saya yang dipamerkan," kata Redy sambil menunjuk fotonya di Gedung YPK, Selasa (9/6). Sebenarnya, foto yang diterima panitia saat itu berjumlah 400. Kurator Harry Surjana dan Beawiharta menyaringnya menjadi 70 foto.

Sepuluh diantaranya foto lawas hasil bidikan Paul Tedjasurya dan Inen Rusnan. Mereka mendokumentasikan awal diselenggarakannya KAA di Jalan Asia Afrika, Bandung pada 1955. Pada saat itu om Paul, sapaan Paul Tedjasurya menggunakan kamera buatan Canada berjenis Leica III F. Dengan kamera seberat 1,5 kg itu, ia berhasil mengabadikan 300 jepretan suasana KAA pada 1955.

Berbeda dengan Inen Rusnan. Ia fotografer termuda, saat itu baru berusia 17 tahun. Meski usianya remaja, namun kemampuannya bisa dibandingkan dengan fotografer yang lebih tua darinya. Saat itu ia menggunakan kamera buatan Jerman berjenis Leixa F.3. Om Paul yang kini berusia 85 tahun dan Inen 78 tahun menjadi incaran wartawan untuk menceritakan kembali peristiwa KAA 1955.

Dalam foto-foto lawas itu terlihat perdana menteri Ali Sastroamidjojo menyambut salah satu delegasi negara peserta KAA. Ada juga Bung Karno dan Hatta yang tengah memberikan penghormatan sebelum memasuki Gedung Merdeka.

Hadir pula Soekarno tengah berpidato di hadapan pemimpin dari 29 negara. "Let a new Asia and new Africa be born," itulah kalimat pamungkas seolah mantra yang diucapkannya dalam pidato.

Foto-foto berefek monokrom itu menambah suasana baru soal hajatan besar KAA, antara KAA 1955 dengan KAA 2015. "Suasana KAA dulu pun ikut terasa karena ada perbedaan presiden, suasana dan tatanan dulu dengan sekarang," ujar Redy.

Nampaknya momentum KAA ini memberi kesan tersendiri bagi mahasiswa jurusan fotografi itu. Dia berharap untuk tahun-tahun selanjutnya KAA bisa kembali diselenggarakan namun dengan konsep yang sederhana. "memang mewah, pasti banyak biaya yang dikeluarkan. Masih banyak masyarakat miskin yang lebih membutuhkan biaya,"

Keramaian dan partisipasi masyarakat yang begitu membludak berhasil ditunjukkan hanya melalui foto. Keramaian itu tak sebanding dengan keadaan ruangan pameran yang sepi pengunjung. Satpam Gedung YPK, Agus biasa melihat pengunjung tak lebih dari lima orang. "Paling satu dua orang yang datang." entah kurang sosialisasi atau minat, Agus tak mengetahuinya.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com