Kampus UIN SGD Bandung sedang gencarnya mengkonstruksi bangunan sejak Deddy Ismatullah menjabat sebagai rektor periode 2011-2015. Tak lama proyek pertama pembangunan selesai kini sudah disibukkan lagi dengan perencanaan pendirian Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan. “2015 kita upayakan sudah di mulai pembangunan, tapi itu tergantung. Kalo sumber pendanaan dari negara, itu tergantung kesiapan negara apakah di 2015 mengalokasikan dananya atau tidak”. Ucap Najib selaku ketua tim pembangunan Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan. Tetapi yang menjadi fokus utamanya adalah akan mencetak dokter seperti apa UIN ini.
Seorang pria duduk di depan sebuah swalayan di Jalan Pasteur, Kota Bandung. Rambut beruban menutupi setengah kepalanya. Usianya 58 Tahun. Dia mengenakan baju batik dan celana katun, kedua tangannya menggenggam handphone. Ketika disapa, tangannya menyambut untuk bersalaman kemudian menyodorkan kartu nama bertuliskan Suherman, dr.MKM, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Daerah (Arsada) Jawa Barat periode 2014-2017.
Matahari tak nampak sepenuhnya, angin sedikit kencang dengan sedikit hujan. Menunda perbincangan kami menyoal Fakultas Kedokteran UIN SGD Bandung akan mencetak dokter seperti apa nantinya. Sambil pindah tempat, lelaki asal Sukabumi itu menenteng lima dokumen dari mobilnya.
Di Satu meja tiga kursi di dalam swalayan, ketua Arsada itu menunjukkan dokumen yang di bawanya. “Saya mendapat mandat dari pak rektor dengan surat tugas nomor: Un.05/II.2/Kp.07.1/709/2014 jadi saya bertugas dari rancang bangun sampai pada nanti pelaksanaan sampai pada segala macem. Kita membangun Fakultas Kedokteran yang bertaraf internasional, maksudnya kita mengiblat pada islam yang kuat”. Ungkapnya sambil menunjukkan Surat Tugas dari Rektor UIN SGD Bandung.
Empat dokumen lainnya berkaitan dengan rencana pengerjaan pendirian Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan. Butuh ratusan juta untuk membuat dokumen tersebut. Suherman dan timnya justru tidak memungut sepeserpun kepada siapapun. Alasan kemanusiaanlah mengapa dia siap membantu pendirian proyek ini hingga selesai.
Keempat dokumen itu berupa Feasibility Studi Fakultas Kedokteran UIN SGD Bandung, Feasibility Study Rumah Sakit, Masterplan Rumah Sakit UIN SGD Bandung dan Architecture Strategies Teaching Hospital Development. “Persiapan sudah jauh, saya nyiapin Rumah Sakitnya dulu yang dibangun di atas tanah 29 ha, 10 ha untuk Rumah Sakit dan Fakultas Kerdokteran”. Paparnya menggebu.
Sekelumit kekhawatiran pendirian Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan dengan adanya fenomena dokter yang tidak profesional. Suherman pun mengamini fenomena tersebut. Sebetulnya ada satu yang melatar belakangi secara filosofis kenapa UIN akan mendirikan Fakultas Kedokteran.
Satu kekhawatiran melihat fenomena dokter di Indonesia yang oleh sementara pihak dipandang tidak lagi melaksanakan profesinya secara kemanusiaan. Lebih banyak mengedepankan aspek-aspek ekonomi. “Contohnya, dokter sekarang ingin dibayar mahal dengan pelayanan tidak dalam kapasitas ramah tamah sebagaimana tabib zaman dahulu, ada perbedaan orientasi dan tidak lagi memikirkan aspek kemanusiaan”. Tambahnya.
“Jadi itu ada satu kecenderungan, malah terakhir data di dunia mengatakan bahwa komunikasi pasien dokter itu menjadi tidak baik, not well inform jadi pasien tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien itu”. Ungkap Suherman.
From Quran To Science
Semakin sore saja. pengunjung swalayan semakin ramai, semakin berisik. Dengan spontan Suherman meninggikan suaranya. Sejarah mengatakan islam pernah mencapai satu kejayaan dari masa Rasul sampai Khalifah. Dokter pada masa itu konsepnya benar-benar untuk kemanusiaan. Nampak jelas ada perbedaan orientasi dalam hal ini. Perbedaan tersebut menjadi satu diskusi antara Suherman dengan rektor.
UIN memiliki karakteristik khusus, yaitu islam. Suherman melihat ada satu titik kesamaan pemikiran dengan rektor, “jadi bagaimana dokter ini nanti harus dipersiapkan sedemikian rupa. Harus dilakukan pergeseran paradigma, dimana dokter itu harus dipersiapkan dari satu titik. Pak rektor menyebutkan ada satu saja solusinya dan itu saya setujui, yaitu mahasiswa yang mau masuk kedokteran UIN harus hafiz (penghafal. Red-) quran minimal lima juz”. Pungkas Suherman.
Alquran berkonsep science. Sebetulnya ilmu-ilmu kedokteran telah ada dalam alquran. “jadi saya nyebutnya itu from quran to science, from science to quran. Sebenarnya kalau ada ilmu kedokteran baru itu sudah ada dalam alquran sejak empat belas abad silam. Inilah konsep yang saya sebut orang-orang ulilalbab (orang yang tidurnya, bangunya segala sesuatunya selalu berpikir tentang kekuasaan Tuhan). Itu yang membedakannya”. Tuturnya lagi.
Membuat satu loncatan ke depan adalah PR kampus ini. Mencetak dokter yang mumpuni melakukan perubahan lima atau sepuluh tahun yang akan datang. Oleh karena itu, Fakultas Kedokteran UIN SGD Bandung didirikan dengan karakteristik yang berbeda dengan Fakultas Kedokteran yang ada, baik Fakultas Kedokteran di universitas umum maupun di universitas islam lain yang tidak mencantumkan kekhasan hafiz quran. Itulah yang menjadi satu titik poin persyaratan pembangunan Fakultas Kedokteran ini.
Dokter yang akan melakukan pengubahan lima atau sepuluh tahun mendatang harus melalui pendidikan yang benar. Dimulai dari lulusan-lulusan SMA yang hafiz quran minimal lima juz. Alasannya menurut Suherman, “mungkin sebagian orang menganggap menjadi dokter itu susah, tapi saya bilang enggak! Kalo orang hapal quran, pasti ilmu apapun gampang, jadi itu persyaratannya”.
Suherman berharap begitu mereka lulus dan menjadi dokter, mereka sudah hafal quran 30 juz. “jadi ilmu keagamaannya kuat karena sudah hafiz quran kemudian ilmu kedokterannya kuat, bayangin orang seperti itu akan seperti apa nantinya”. Inilah yg akan memperbaiki generasi lima atau sepuluh tahun yang akan datang.
“Kalo mereka hafiz quran tentu mereka menjadi generasi yang rabani (bersifat ketuhanan), yang selalu mencintai, membaca, menghafal, mengerti dan mengamalkan alquran. Jadi luar biasa konsep itu” Paparnya. Ini dianggapnya penting karena jika tauhidiyahnya salah kesananya pun salah. Karenanya UIN akan meluruskan segi tauhidiyahnya terlebih dahulu, karena tauhidaiyah berkaitan dengan kemakrifatan. Itu akan dikonstruksikan dengan baik.
Butuh Cara Distingtif
Kita rancang lulusan kedokteran UIN yang bisa memenuhi kualifikasi, kompetensi dan memiliki kemampuan manajemen. Dalam hal ini dokter dituntut memiliki kemampuan lain, misalnya manajemen kesehatan dan manajemen pelayanan kesehatan. Toh sekarang masyarakat bukan hanya butuh kesehatannya saja, pun manajemen pelayanannya. Itu yang sedang diusahakan dengan kompetensi yang mencakup seluruh kebutuhan, tidak hanya terfokus pada kedokterannya.
Kompetensi utama yaitu kedokteran harus tetap terpenuhi. Di samping juga ada kompetensi penunjang agar memiliki kemampuan manajemen pelayanan kesehatan. “dalam manajemen itu terakumulasi berbagai keahlian, ada Akuntansi, Keuangan, IT, Tata Ruang, lingkungan dan pengolahan limbah” tanggap Najib.
“Kalau dia hanya sekedar dokter dan tidak memiliki kemampuan manajemen, kemungkinan dia malah sekadar cari-cari kerja, sebab sekarang dokter itu harus ada tempat praktiknya” Najib mencontohkan.
UIN merancang output dari Fakultas Kedokteran yang memiliki kelebihan dibanding dengan lulusan Fakultas Kedokteran yang lain. Diantaranya adalah sarjana kedokteran yang diharapkan bukan sekadar bisa berpikir dan bisa berorientasi bagaimana bisa bekerja di tempat-tempat layanan kesehatan. Mereka harus berpikir bahwa ilmunya bisa digunakan untuk berdakwah dan memberikan pelayanan pada masyarakat, untuk mengabdi kepada masyarakat.
Tidak hanya bekerja kemudian mendapat uang banyak. Profesi dokter dianggap menjanjikan dan bisa mendatangkan uang banyak. “Sementara rizki itu alloh yang mengaturnya” kata Najib. Lebih dari itu mereka berfungsi mengabdi dan menyehatkan masyarakat, tidak hanya di kota atau desa, di daerah rawan pun harus siap. Disitulah kelebihannya.
Integritas yang dimiliki tidak hanya tentang keilmuan dan profesi saja, melainkan integritas nilai keislamannya. Bagaimana bisa berdakwah dengan ilmu kedokterannya, bagaimana dia memotivasikan keahliannya untuk mengabdi kpada masyarakat. “kalau perlu masyarakat miskin itu jangan sampai dibebani lagi dengan berpikir uang, nantinya malah jadi tambah sakit. Mestinya setiap orang sakit masuk situ persoalan anggaran jangan dia yang mikir, bisa keluarganya, tetangganya, atau lembaga sosial atau juga pemerintah, atau memang rumah sakitnya sendiri yg memikirkan” harap Wakil Rektor IV itu.
Mereka dirancang seperti itu. UIN harus bisa mencetak sarjana kedokteran yang memiliki keunggulan dan kelebihan seperti itu. Jangan sampai sama saja dokter lulusan UIN dengan dokter lulusan universitas lain.
Untuk tenaga pengajar, Suherman menambahkan, “Saya alumni unpad dan akan membuat tim dokter-dokter dari unpad yang islamnya kuat, nanti mungkin dari mana-mana, tapi untuk inisiator kita ngambil dokter dari unpad yang basis islmanya kuat”.
Mahasiswa lulusan Fakultas Kedokteran UIN memiliki jati diri yang berbeda dibandingkan dengan dokter-dokter lain. Karena mereka sudah mengintegrasikan ilmu-ilmu alquran dalam praktek kedokterannya. “selain tiu dia akan menjadi rahmat bagi dirinya, keluarganya dan bagi masyarakat, menjadi agent of development” harapnya diakhir perbincangan.
Ass...bisa gk dari ips masuk kedokteran uin
BalasHapusAss...anak sy dari ips pengen kedokteran,bisa tidak ke kedokteran uin bandung...trims
BalasHapusWaalaikmsalam. Maaf soal itu saya blm mndptkan informasinya karena untuk fakultas kedokteran masih dlm tahap pemenuhan fasilitas, spt pembangunan gdung dll. Untuk perkembngan informasi silakan kunjungi www.suakaonline.com dan www.uinsgd.ac.id
HapusWaalaikmsalam. Maaf soal itu saya blm mndptkan informasinya karena untuk fakultas kedokteran masih dlm tahap pemenuhan fasilitas, spt pembangunan gdung dll. Untuk perkembngan informasi silakan kunjungi www.suakaonline.com dan www.uinsgd.ac.id
Hapus