Mahasiswa buka tikar dan tidur di samping gedung Student Center (SC) sebagai aksi tolak jam malam. Tidak hanya itu, segala kreatifitas mereka tuangkan melalui tulisan di atas jalanan Kampus UIN SGD Bandung. 6/6/2014. (Foto: Dede Lukman Hakim) |
Jumat, 27 Juni 2014
Home »
Kampusiana
» Jam Malam Berlaku, Penghuni SC Bersatu Menuntut Penolakan
Jam Malam Berlaku, Penghuni SC Bersatu Menuntut Penolakan
“SC bersatu,
tak bisa dibubarkan,” rombongan massa aksi berteriak dengan lantang. Siang itu,
Senin (9/6/2014) halaman Gedung Student Center (SC) ramai oleh UKM/UKK, HMJ,
dan Sema UIN SGD Bandung yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Hak
Kreatif SC berdiri membentuk barisan, berteriak menolak pemberlakuan jam malam.
Sambil
mengusung keranda, massa aksi berjalan menuju Gedung Rektorat untuk melakukan
audiensi dengan Rektor UIN SGD Bandung, Deddy Ismatullah. Keranda bertuliskan ‘RIP
Creativity’, sebagai ikon matinya hak dasar mahasiswa. Bertopengkan Guy
Fawkes, ikon kemunafikan, para demonstran menyerukan ajakan aksi kepada
seluruh sivitas akademika UIN SGD Bandung.
Sebelumnya,
Rabu (4/6/2014) terjadi audiensi antara perwakilan UKM/UKK, HMJ, Sema dengan
pihak Rektorat (Wakil Rektor III, Pembantu Dekan III dan bagian Kemahasiswaan)
di Meeting Room lantai satu gedung SC. Hasil yang didapat tidak
memuaskan, SK Rektor No. Un. 05/I.I/PP.00.9/022/2014 Pasal 1 Ayat 7 Tentang
Batas Waktu Kegiatan Mahasiswa yang awalnya berakhir pada pukul 21.00, mendapat
satu jam tambahan menjadi 22.00 WIB.
Sampai di
Rektorat, enam orang perwakilan dari Aliansi Mahasiswa Peduli Hak Kreatif SC
melobi Wakil Rektor III, Ali Ramdhani. Demonstran lainnya menunggu di luar
dengan orasi yang saling bergantian.
Hasil
audiensi langsung dipaparkan oleh Ali Ramdhani. Namun keputusan masih
mengambang karena rektor tak ada di kampus. Ali menjelaskan bahwa ia tahu betul
apa yang dirasakan dan diinginkan mahasiswa. Ia juga menyatakan siap membantu
menyelesaikan masalah ini.
Seluruh
demonstran mengakhiri aksi, halaman Gedung Rektorat yang tadi ramai terlihat
lengang. Dede sebagai koordinator lapangan menyimpulkan bahwa, “Prof Ali besok
mengupayakan agar kita bisa bertemu dengan rektor, untuk proses pelobian penghapusan
jam malam,” kata pegiatan UKM Lembaga Seni Lukis dan Kaligrafi itu. Dede juga
bilang segala sesuatu yang berkaitan dengan kampus harus melibatkan mahasiswa.
Mahasiswa
Geram
Pemberlakuan
jam malam bukan hanya berlaku untuk SC, tetapi segala aktivitas mahasiswa yang
berhubungan dengan kampus. Hal itulah yang membuat mahasiswa geram. Salah satu
demonstran dalam aksinya menyayangkan ketika banyak tugas kampus yang
memerlukan akses internet tetapi terhambat karena berlakunya jam malam.
“Nama kampus
diharumkan oleh siapa? Oleh mahasiswanya. Jika kreativitas mahasiswa dibatasi,
siapa yang akan mengharumkan nama kampus?” pekik salah satu demonstran saat
berorasi.
Selain itu,
rasa geram mahasiswa juga terlihat saat Aliansi Mahasiswa Peduli Hak Kreatifitas
SC mengekspos kreativitasnya di parkiran Gedung Z di malam hari saat SC
dipadamkan dan digembok.
Hal tersebut
dilakukan ketika Jumat (6/6/2014) lalu, saat Suaka masuk ke kampus UIN
SGD Bandung. Puluhan mahasiswa sedang berkumpul di parkiran Gedung Z. Saat itu,
yang mereka lakukan yakni berdiskusi dan melakukan rapat. Sementara di
sekitaran parkiran suasana berbeda terasa, banyak tulisan-tulisan, spanduk, dan
keranda mayat menghiasi pemandangan parkiran itu. Pesan yang ingin disampaikan
dari beragam atribut itu yakni penolakan terhap jam malam.
Lalu salah
satu pihak birokrat UIN SGD Bandung datang. Aep lekas mengetahui aksi mahasiswa
ini, dan menanyakan dalam Bahasa Sunda, “Nepi iraha ieu? (Sampai kapan ini?,
Red-),” ujarnya. Sontak, Dede salah seorang mahasiswa yang ada di tempat
menjawab. “Nepika (sampai, Red-) penolakkan disepakati!” katanya dengan nada
semangat.
0 komentar:
Posting Komentar